Pembelajaran efektif bagi orang dewasa
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan istilah baru yang mengacu pada kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar dengan perubahan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut Sunarno (2007C) proses kegiatan pembelajaran adalah pengembangan keterampilan berfikir kritis, kreatif, bersikap dan bertanggung jawab pada pembiasaan dan perilaku sehari-hari melalui aktifitas pembelajaran. Sedangkan belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seorang untuk menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Selama berlangsungnya proses belajar terjadilah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan memanfaatkan media dan berbagai sumber belajar, baik berupa buku, fasilitator, paparan, lingkungan belajar mapun sesama peserta didik.
Peserta didik dalam pendidikan dan pelatihan umumnya adalah manusia dewasa yang telah memiliki pengetahuan , ketrampilan dan pengalaman. Hal itu mereka peroleh selama menempuh pendidikan formal maupun nonformal, dari lingkungan kerja maupun lingkungan dimana mereka hidup. Pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman itu merupakan sumber belajar yang sangat berharga apabila bisa digali, dikembangkan dan diorganisir kembali menjadi pengalaman baru sesuai tujuan pembelajaran pada pendidikan dan pelatihan. Proses dialog, curah pendapat perlu dikembangkan dalam pembelajaran pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa.
Pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa bisa berupa pendidikan dan pelatihan bagi pegawai negeri sipil, yang meliputi Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan, Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan, Pendidikan, dan Pelatihan Fungsional, ataupun Pendidikan dan Pelatihan Teknis dalam berbagai jenisnya.
Pendidikan dan Pelatihan bagi masyarakat umumnya di sesuaikan dengan aktifitas dan kebutuhan mereka, sehingga bentuknya antara lain; Pendidikan dan Pelatihan Perikanan bagi masyarakat Nelayan , Pendidikan dan Pelatihan Kewiraswastaan bagi para pedagang, Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Hasil Perikanan bagi Perempuan dan para ibu rumah tangga, ada juga Pendidikan dan Pelatihan bagi para pimpinan perusahaan, karyawan perusahaan swasta ataupun bagi para buruh pabrik.
Semuanya bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar peserta didik memiliki kemampuan hidup yang sesuai dengan tuntutan dan kemajuan jaman.
Proses pembelajaran dalam Pendidikan dan Pelatihan selama ini masih banyak disampaikan dalam bentuk ceramah menjelaskan materi secara teoritis. Widyaiswara masih berperan sebagaimana guru yang banyak menjelaskan isi materi secara rinci dengan hanya sedikit tanya jawab. Pengalaman peserta didik belum bisa banyak digali dan dominan, sementara peserta didik duduk manis mendengarkan materi yang dijejalkan kepada mereka. Kemampuan dan pengetahuan widyaiswara berkaitan dengan pendekatan , strtegi dan metoda sangat mempengaruhi terhadap kualitas pembelajaran.Widyaiswara juga perlu memahami karakteristik dan latar belakang peserta didik agar mampu menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
Latar belakang peserta didik kebanyakan adalah karyawan, apalagi peserta prajabatan merupakan karyawan baru yang masih banyak belajar bagaimana cara bekerja, banyak menerima perintah atasan maupun sesama pegawai yang lebih senior . Mereka belum terbiasa diajak berfikir, mengeluarkan ide, gagasan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan ataupun pencapaian target dan tujuan instansi dimana mereka bekerja. Peserta didik Pendidikan dan Pelatihan bagi masyarakat juga sangat beragam dan umumnya mereka sudah lama meninggalkan bangku sekolah /perguruan tinggi dan lebih banyak berkutat dengan kesibukan bekerja mencari nafkah dan berbagai urusan rumah tangga , tidak terbiasa berfikir kritis ,mengeluarkan ide dan gagasan dalam memecahkan masalah hidup. Betapapun tinggi pendidikan dan banyaknya pengalaman seseorang apabila tidak dibiasakan maka sulit bagi mereka untuk mencurahkan gagasan dari pikiran mereka yang sebenarnya sangat kaya akan pengalaman.
Kondisi semacam ini mengakibatkan pembelajaran kurang berkembang , kurang efetif karena banyak peserta didik yang luar biasa banyaknya , mestinya bisa menjadi sumber belajar yang sangat berharga namun tidak dapat digali dan di manfaatkan.Pola pembelajaran yang berlangsung satu arah mengakibatkan peserta didik menjadi pasif, tidak berfikir, dan tidak bermotivasi untuk bersama-sama mengembangkan ide dan gagasan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran. Perhatian peserta terhadap materi Pendidikan dan pelatihan sangat rendah , bahkan cenderung banyak peserta dididk mengantuk di kelas ketika widyaiswara bersemangat menjelaskan materi pembelajaran .
HAKEKAT PESERTA DIDIK SEBAGAI ORANG DEWASA
Belajar merupakan proses pendidikan sepanjang hayat . Belajar bagi manusia tidaklah cukup hanya pendidikan formal di sekolah maupun perguruan tinggi , namun orang dewasa pun memiliki kebutuhan belajar secara terus-menerus . Setiap manusia memiliki kebutuhan ekstensi diri agar dia merasa mampu dan menjadi bagian penting dari masyarakat dimana manusia berada. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di perlukan kemampuan yang harus terus berkembang seiring perkembangan tingkat kebutuhan maupun perubahan masyarakat.Perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi, ekonomi,politik, social dan budaya mengharuskan setiap orang untuk belajar secara terus –menerus agar mampu menyesuaikan diri dan memenuhi kebutuha dirinya baik secara fisik maupun non fisik. Orang yang tidak mau belajar secara berkesinambungan selama kehidupannya akan terlibas arus perubahan yang semakin cepat, apalagi dalam era teknologi dan globalisasi sekarang ini dimana pengaruh perubahan dunia akan sangat beroengaruh tehadap kehidupan masyarakat dimanapun berada.
Orang dewasa belajar untuk memenuhi kebutuhan yang langsung dia hadapi dalam kehidupan ataupun mengatasi masalah yang dia hadapi agar mampu menemukan jalan keluar dari masalah tersebut . Dengan demikian materi pembelajaran yang menarik adalah materi yang bisa langsung dia rasakan manfaatnya dalam kehidupan . Berbeda dengan pendidikan bagi anak dan remaja yang masih berkembang, orang dewasa kurang tertarik dengan pengetahuan yang bersifat teoritis.
Malcolm S. Knowles dalam Sunarno (2007B) mengemukakan bahwa:
1. Orang Dewasa Mampu Belajar
Orang dewasa dapat menerima pengetahuan dan mampu mengembangkan intelektual. Pengetahuan dapat mereka peroleh melalui sumber yang didapat dalam aktifitas kehidupannya baik di rumah , tempat kerja ataupun lingkungan masyarakat dimana mereka berada. Semakin banyak masalah dan kebutuhan hidup maka semakin banyak pula usaha mereka memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang bermanfaat untuk mengatasi dan kebutuhannya. Karena bertambahnya usia , orang dewasa mengalami kemunduran kecepatan belajarnya namun kekuatan intelektualnya tidaklah berkurang , bahkan bisa bertambah sebagai hasil proses belajar. Kelambanan dalam menerima pelajaran ini karena dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut:
a. Orang dewasa sudah lama tidak belajar secara rutin dan sistimatis
b. Adanya perubahan fisik baik pendengaran,penglihatan,perasa,gerak fisik maupun kondisi tubuh lainnya
c. Metode belajar orang dewasa memerlukan penyesuaian sesuai kondisi fisik dan tingkat pemikirannya
d. Kondisi psikologis sebagai akibat dan interaksi social dan beban kehidupan manusia dewasa dalam keluarga maupun masyarakat
2. Belajar Merupakan Proses Internal
Untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka eksistensi dirinya maka orang dewasa membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan baru yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dirinya dalam mengatasi berbagai masalah dan kebutuhan yang dihadapi. Pengetahuan dan ketrampilan baru ini akan mereka pelajari tanpa harus di belajarkan oleh orang lain. Mereka memahami bahwa tanpa usaha meningkatkan diri mereka akan merasa tertinggal ataupun kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Secara psikologis orang dewasa memiliki kebutuhan mengarahkan diri agar diakui oleh orang lain.Eksistensi diri merupakan kebutuhan internal sebagai bagian dari kehidupannya yaitu sebagai bagian dari masyarakat dimanapun mereka berada.
Sunarno (2007B) menyebutkan beberapa asumsi yang membedakan pendidikan anak (paedagogik) dan pendidikan orang dewasa (andragogik), yaitu : (1) Konsep diri , (2) Pengalaman, (3) Kesiapan untuk belajar , dan (4) orientasi terhadap belajar .
1. Konsep diri
Konsep diri orang dewasa tidak lagi tergantung pada orang lain karena ia sudah mampu menentukan pilihan pada dirinya karena teleh memiliki kematangan . Orang dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya menghargai dirinya sebagai individu yang telah mampu mengambil keputusan tentang apa yang dia butuhkan dalam belajar , yang bermanfaat untuk mengembangkan diri agar dihargai dan bermanfaatbagi orang lain.
2. Pengalaman
Setiap orang dewasa memilki pengalaman yang mereka peroleh baik selama belajar , dalam lingkungan kerja maupun dalam kehidupan bermasyakat . Dari pengalaman inilah maka setiap orang dewasa sebagai peserta didik dapat dijadikan sebagai sumber belajar dengan saling tukar pengalaman ataupun pemecahan masalah sesuai sudut pandang masing-masing.
3. Kesiapan untuk Belajar
Orang dewasa akan siap untuk belajar apabila materi yang akan mereka pelajari dirasakan sesuai dengan kebutuhan hidupnya karena tujuan belajarnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar semakin mampu meningkatkan perananya dalam masyarakat . Pengetahuan dan ketrampilan yang tidak langsung bermanfaat bagi kehidupannya maka dirasakan tidak terlalu penting untuk dipelajari.
4. Orientasai Terhadap Belajar
Orang dewasa ingin secepatnya mengaplikasikan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Materi pendidikan dan pelatihan yang cocok bagi mereka adalah yang bersifat praktis sesuai dengan masalah ataupun kebutuhan hidup yang dihadapi. Dengan materi praktis ini bisa memberi bantuan dalam mengatasi masalah-masalah baik yang berkaitan dengan tugas pekerjaan maupun dalam kehidupan di masyarakat.
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Agar pembelajaran itu lebih efektif maka perlu dipilih pendekatan yang tepat sesuai latar belakang peserta didik dan kebutuhan belajarnya. Peserta Pendidikan dan pelatihan adalah orang dewasa yang telah memiliki pengalaman hidup , mandiri dan membutuhkan pengetahuan baru untuk meningkatkan eksistensi diri dalam masyarakat . Pembelajaran kontekstual sangat sesuai untuk pembelajaran orang dewasa, karena strategi pembelajaran ini banyak mengaitkan pengalaman lama yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang bermanfaat dalam kehidupannya.
Pembelajaran kontekstual betujuan membantu peserta diklat memahami makna dari materi pembelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan materi pelajaran tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, sehingga peserta diklat memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan lain dan dari konteks ke konteks lainnya (2007A) . Perbedaan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran kontekstual tergambar dalam tabel berikut ini.
Pembelajaran konvensional
|
Pembelajaran kontekstual
|
Terfokus pada hafalan materi yang lebih banyak bersifat teoritis
|
Terfokus pada pemahaman materi dan lebih bersifat praktis
|
Pemilihan materi ditentukan widyaiswara
|
Pemilihan materi berdasarkan kebutuhan peserta
|
Cenderung terfokus pada satu bidang tertentu
|
Mengintegrasikan beberapa bidang
|
Memberikan tumpukan materi yang harus dikuasai peserta didik
|
Selalu mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta
|
Penilaian hasil belajar cenderung pada ranah kognitif saja
|
Penilaian outentis mengarah penerapan praktis dan pemecahan masalah
|
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran bermakna yang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteksnya,yaitu konteks keseharian peserta (konteks pribadi,social dan kultural). Pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik di ungkap,dikaitkan dengan informasi baru kemudian diorganisir kembali menjadi pengetahuan baru yang bermanfaat.Dalam teori pembelajaran kontekstual, belajar akan bermakna apabila peserta didik memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimilikinya (Sunarmo,2007A). Orang dewasa telah memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman yang mereka peroleh baik dalam pendidikan,kehidupan keluarga,tempat kerja maupun lingkungan masyarakat tempat mereka hidup.
Von Galserfeld (dalam C. Asri Budiningsih, 2005) mengemukakan beberapa keamampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu: 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, 3) kemampuan lebih menyukai suatu pengalaman yang satu daripada lainnya.
Penglaman hidup peserta didik merupakan sumber belajar yang sangat berharga,apalagi pada pendidikan dan pelatihan pesertanya orang dewasa yang berasal dari berbagai latar belakang dan pendidikan ,bidang pekerjaan,lingkungan masyarakat dan keahlian.Dalam pembelajaran widyaiswara/tutor harus pandai memotivasi peserta didik agar mau mengungkapkan pengalaman yang dimiliki untuk dipadukan dengan materi pembelajaran baru sehingga peserta memahami pentingnya mengembangkan kemampuannya agar lebih bermanfaat untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi sekarang maupun yang aka datang.
Dengan diberi kesempatan menyampaikan pengalaman hidupnya mereka merasa diakui sebagai manusia yang memiliki eksistensi diri, memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan agar lebih berarti dalam kehidupanya. Dengan pengalaman banyak peserta bisa saling melengkapi pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian pembelajaran jadi lebih efektif dan bermakna, hasil nya diharapkan bermanfaat secara langsung bagi peserta didik.
PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
Pembelajaran efektif perlu dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, yang ditandai adanya semangat dan kegembiraan peserta selama belajar. Pembelajaran harus mengabungkan rasa percaya diri, ketrampilan belajar, dan ketrampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan (Deporter,Bobbi, &, Hernacki, Mike, 2004). Seorang widyaiswara dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mampu membangkitkan peserta didik agar bersemangat dalam mengungkapkan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pengalaman ini digali lewat metoda curah pendapat,dimana setiap peserta dipancing agar mau mengungkapkan pengetahuan yang berkaitan dengan materi pembelajaran tanpa rasa takut salah walaupun apa yang diungkapkan itu tidak tepat. Pembelajaran kuantum memberdayakan seluruh potensi dan lingkungan belajar yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan (Udin Syaefudin Sa’ud, 2009). Materi pembelajaran disampaikan dengan mengaitkan pengalaman lama peserta untuk diorganisir kembali menjadi pengalaman baru sesuai tujuan pembelajaran.
Metode curah pendapat apabila diterapkan dengan benar tidak hanya memperkaya sumber belajar ,namun juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode curah pendapat yang efektif dan menyenangkan adalah sebagai berikut.
1. Tentukan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan hal pokok yang akan menjadi pedoman tentang kemapuan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah selesai pembelajaran. Jelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta didikdan dapatkan kesepakatan dari mereka. Tujuan pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran umum dari keseluruhan materi dan tujuan pembelajaran khusus dari setiap submateri.
2. Ciptakan suasana yang nyaman dan bersahabat
Suasana belajar sangat berpengaruh terhadap proses dan keberhasilan belajar.Agar peserta merasa nyaman dalam belajar perlu diciptakan keakraban antara widyaiswara/tutor dengan peserta didik maupun antar peserta didik . Mulailah dengan perkenalan dan pahamilah siapa mereka. Buatlah peserta merasa rilek dan bangkitkan keberaniannya untuk mengungkapkan pengalamannya tampa takut salah. Iringan music, cerita lucu, gambar, video, ringan ataupun nyanyian bisa mencairkan suasana belajar yang tegang.
3. Mulaialah memaparkan materi pelajaran
Umumnya dimulai dari penjelasan konsep dilanjutkan dengan rincian-rincian. Upayakan agar peserta didik tertarik untuk memberikan pendapat dari pengalaman yang mereka miliki berkaitan dengan materi yang dibahas . Paparan berupa materi esensial dalam bentuk bagan, tabel, ataupun gambar lebih menarik disbanding berupa kalimat- kalimat panjang yang membosankan . Apabila paparan menggunakan LCD dengan power point maka setiap paparan jangan lebih dari Sembilan baris dan diketik dengan huruf ukuran besar agar mudah dibaca peserta.
4. Pancing peserta untuk mengungkapkan pendapat
Apabila peserta masih takut mengemukakan pendapat dan komentar maka pancinglah dengan pertanyaan – pertanyaan ringan yang bisa dijawab tampa harus banyak berfikir. Setelah ada peserta yang mengemukakan pendapat dan merasa aman maka akan memberi motivasi peserta lain untuk ikut mengungkapkan pendapat ataupun bertanya. Berilah komentar positif setiap pendapat peserta tanpa memandang tepat dan tidaknya isi dari pendapat tersebut, sebagai penghargaan atas keberaniannya. Dalam materi tertentu cerita pengalaman peserta di lingkungan kerjanya bisa dijadikan agar curah pendapat dan pertanyaan tetap berkaitan dengan materi yang sedang dibahas dan memberikan kesempatan secara merata kepada setiap peserta didik.
5. Beri penguat dan penghargaan
Setiap peserta didik membutuhkan tanggapan apakah pendapatnya tepat atau kurang tepat . Beri penguat pada setiap pendapat yang tepat dan sempurnakan pendapat yang kurang tepat . Hindari dari tanggapan yang terkesan menyalahkan peserta karena akan menyebabkan mereka merasa takut untuk berpendapat kembali. Dengan memberikan kesempatan peserta mengungkapkan pendapat, ide, gagasan ataupun pengalaman bisa memperkaya sumber belajar , membangun kepercayaan diri dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.
6. Lanjutkan materi berikutnya
Semakin banyak peserta mengungkapkan pendapat, ide, dan gagasan yang berkaitan dengan materi sebenarnya semakin jelas pembahasannya . Namun karena waktu pembelajaran terbatas maka akhiri curah pendapat pada suatu bagian materi apabila sudah dipandang cukup dan lanjutkan pada materi berikutnya. Kesempatan peserta mengemukakan pendapat dan bertanya sebenarnya bebas kapan saja asal di perhitungkan dengan waktu pembelajaran yang tersedia.
7. Beri penghargaan atas keaktifan peserta
Agar motivasi peserta didik bisa selalu berkembang maka wisyaiswara perlu memberikan catatan siapa saja peserta didik yang aktif dalam curah pendapat; siapa yang berkualitas dan siapa yang kurang berkualitas . Catatan ini akan dijadikan alat evaluasi keberhasilan setiap peserta didik dalam mengikuti pembelajaran .
8. Simpul hasil pembelajaran
Setiap akhir pembelajaran perlu disampaikan kesimpulan dari materi yang telah dibahas. Kesimpulan ini bermanfaat untuk meguatkan ingatan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran sekaligus mempertegas konteks dari keseluruhan materi.
9. Rayakan keberhasilan pembelajaran
Setiap usaha belajar dan hasil yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran pantas untuk dirayakan dalam bentuk tepuk tangan, ungkapan kegembiraan ataupun pernyataan syukur kepada tuhan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi untuk kemajuan belajar berikutnya.
Metode lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran orang dewasa diantaranya adalah metode diskusi, metode inquiri, metode discovery, dan metode demontrasi. Widyaiswara dapat memilih metode yang akan diterapkan dengan mempertimbangkan kondisi peserta, karakteristik materi pembelajaran dan waktu pembelajaran yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
C.Asri Budiningsih, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
DePorter, Bobbi, & Hernacki, Mike, 2004. Quantum learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa
Sunarno, 2007A. Belajar dan Pembelajaran, Modul Diklat Calon Widyaiswara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Sunarno, 2007B. Pendidikan Orang Dewasa, Modul Diklat Calon Widyiswara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Sumber :
http://www.bppp-tegal.com/v1/index.php?option=com_content&view=article&id=204:mengembangkan-pembelajaran-yang-efektif-dan-menyenangkan-pada-pendidikan-orang-dewasa&catid=44:artikel&Itemid=85
(Drajat, S.Pi, Widyasiwara BPPP Tegal)
Comments
Post a Comment