Ikan Tambakan
5.1.1Klasifikasi dan Morfologi
Kerajaan
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Upaordo : Anabantoidei
Famili : Helostomatidae
Genus : Helostoma
Spesies : Helostoma temminckii
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Upaordo : Anabantoidei
Famili : Helostomatidae
Genus : Helostoma
Spesies : Helostoma temminckii
Nama Lokal :
Ikan Tambakan
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah
satu jenis ikan air tawar yang berasal dariwilayah tropis, tepatnya Asia
Tenggara. Ikan ini pada awalnya berasal dari Thailand hingga
Indonesia
sebelum akhirnya diintroduksi ke seluruh dunia.
Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena
kebiasaannya “mencium” saat mengambil makanan dari permukaan benda padat maupun
saat berduel antara sesama pejantan. Di Indonesia sendiri, ikan ini memiliki
banyak nama seperti bawan, biawan, hingga ikan samarinda.
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip
punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip
ekornya sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar,
sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar.
Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis
tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya.
Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan
diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 sentimeter.
Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang
memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil
makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam
gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain
seperti faring,
premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga
memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring
partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air.
Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, namun
mereka masih termasuk dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan
tambakan berwarna pucat atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan tambakan
yang ukurannya lebih kecil dari ikan tambakan kebanyakan dan bentuknya bundar
nyaris menyerupai balon. Variasi genetis ikan tersebut biasa dikenal dengan
nama “gurami pencium kerdil” atau “balon merah muda”.
5.1.2 Habitat dan Penyebaran
Ikan tambakan merupakan ikan air tawar yang bersifat bentopelagik (hidup di
antara permukaan dan wilayah dalam perairan). Wilayah asli tempatnya tinggal
umumnya adalah wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus tenang, dan banyak terdapat
tanaman air. Pada awalnya ikan tambakan hanya ditemukan di perairan air tawar
Asia Tenggara, namun belakangan mereka menyebar ke seluruh wilayah beriklim
hangat sebagai binatang introduksi.
5.1.3 Pakan dan Kebiasaan Makan
Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir segala jenis makanan.
Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman air, zooplankton,
hingga serangga air. Bibirnya yang dilengkapi gigi-gigi kecil membantunya
mengambil makanan dari permukaan benda padat semisal batu. Ikan tambakan
juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring
partikel plankton dari air. Saat sedang mencabut makanan yang menempel di
permukaan benda padat memakai mulutnya itulah, ikan ini bagi manusia terlihat
seolah-olah sedang “mencium” benda tersebut.
5.1.4 Reproduksi dan Perkembangbiakan Ikan
tambakan termasuk ikan yang mudah berkembang biak. Di alam liar, dalam waktu
kurang dari 15 bulan, populasi minimum mereka sudah bisa bertambah hingga dua
kali lipat populasi awalnya. Reproduksi ikan tambakan sendiri terjadi ketika
periode musim kawinnya sudah tiba. Di Thailand misalnya, musim kawin ikan
tambakan terjadi antara bulan Mei hingga OktoberPerkawinan antara kedua ikan
tambakan yang berbeda jenis kelamin terjadi di bawah tanaman air yang
mengapung. Ikan tambakan betina selanjutnya akan melepaskan telur-telurnya yang
kemudian akan mengapung di antara tanaman air. Tidak seperti anggota subordo
Anabantoidei lainnya, ikan tambakan tidak membuat sarang maupun menjaga
anak-anaknya sehingga anak ikan tambakan yang baru menetas sudah harus mandiri.
Sehari setelah pertama kali dilepaskan ke air, telur-telur tersebut akan
menetas dan setelah sekitar dua hari, anak-anak ikan tambakan sudah bisa
berenang bebas.
5.2 Pemeliharaan
Induk
Persiapan wadah pada pemeliharaan induk dimulai dengan menyurutkan air
sampai habis dengan cara membuka pintu saluran outlet dan menutup pintu
saluran inlet dengan menggunakan karung, kayu dan besi lempengan. Adapun
pengertian Inlet adalah saluran pemasukan air dan Outlet adalah
saluran pengeluaran air. Setelah air surut dilakukan pembersihan kolam dari
kotoran dan hama. Hama pada ikan biasanya berupa keong dan ikan-ikan kecil,
termasuk ikan gabus.
Pembersihan kolam dengan menggunakan sekop atau cangkul.
Pada pemeliharaan induk ini dilakukan pengapuran tapi pemupukan tidak dilakukan
karena pada kolam induk masih ada unsur-unsur hara yang dibutuhkan buat
menumbuhkan pakan alami. Pengapuran bertujuan untuk membunuh hama-hama
pengganggu pada induk tambakan. Tanah dasar kolam induk diolah dengan cara
membalikkan tanah menggunakan sekop yang ditarik secara merata. Pengisian air
dilakukan setelah selama satu hari dikeringkan. Ketinggian air untuk kolam
pemeliharaan induk yang berkedalaman 100 cm diisi air setinggi 80 cm.
5.3 Penebaran Induk
Calon induk diambil dari alam yang lokasi induknya berada
didaerah sekitar. Propinsi Jambi. Kemudian induknya dipelihara di kolam
pemeliharaan induk yang telah disiapkan. Calon induk dipelihara pada kolam air
tenang yang kadar oksigennya rendah, ikan tambakan masih dapat hidup karena
ikan tambakan mempunyai alat pernapasan tambahan yang berupa labirynth.
Induk Jantan dan Induk Betina dipelihara dalam satu kolam. Induk yang dipelihara
pada kolam pemeliharaan induk hanya menggunakan satu kolam, dengan luas 250 m2.
5.4 Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan adalah pakan buatan yang berupa pellet.
Jenis pellet yang diberikan adalah pellet jenis tenggelam dengan merk ‘CPP
888-3 SM’. Pellet tersebut dibuat di pabrik pakan yang berada di daerah
Karawang. Kandungan nutrisi pellet ‘CPP 888-3 SM’ Dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pakan Ikan
No
|
Kandungan Nutrisi
|
Kadar (%)
|
1.
|
Protein
|
30-32
|
2.
|
Lemak
|
3-5
|
3.
|
Serat
|
4-6
|
4.
|
Abu
|
5-8
|
5.
|
Kadar Air
|
11-13
|
Kandungan Protein pada pakan ikan 30-32% diberikan sebanyak
3% dari bobot tubuh ikan perhari. Dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali
sehari atau 3 kg perhari dan pemberian pakan dilakukan pada pagi hari jam 07:00
WIB dan sore hari diberikan jam 16:00 WIB. Pemberian pakan yang cukup dapat
merangsang pematangan gonad pada induk. Pakan diberikan dengan cara ditebar di
satu tempat saja atau tidak boleh memencar. Untuk membuat induk ikan datang dan
mengumpul di satu tempat maka induk di panggil dengan cara, dinding kolam
dipukul-pukul menggunakan kayu atau tangan.
5.5 Pengelolaan Kualitas Air
Kondisi lingkungan terutama kondisi perairan sangat mempengaruhi
keberhasilan Budidaya. Pengelolaan air pada pemeliharaan induk dilakukan dengan
pergantian air secara overflow atau secara terus-menerus yaitu air yang
keluar sebanding dengan air yang masuk. Pergantian air dilakukan dengan membuka
pipa saluran inlet dan mengisi air sampai penuh atau sampai batas pipa outlet.
Pipa outlet tersebut ditutup dengan saringan atau kain. Tujuannya agar
ikan yang ada di kolam tidak akan keluar walaupun airnya penuh sampai batas
pipa outlet.
Pipa saluran inlet tidak perlu dipasang saringan karena air yang
masuk kedalam kolam sudah bersih dari sampah dan kotoran. Kualitas air pada
kolam pemeliharaan induk dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kualitas Air Kolam Pemeliharaan Induk Tambakan.
No
|
Parameter
|
Nilai
|
1.
|
Suhu (0c)
|
25-30 0C
|
2.
|
pH
|
7,55
|
3.
|
DO (mg/l)
|
5,0
|
4.
|
Kecerahan (cm)
|
20
|
5.
|
Warna Perairan
|
Coklat Kemerahan (Keruh)
|
Jadi ikan Tambakan dapat hidup walaupun warna perairannnya
coklat kemerahan (keruh). Alat untuk mengukur Kualitas Air adalah sebagai
berikut: 1. pH meter dan Termometer, 2. DO meter, 3. Seichi disk. Cara kerja pH
meter dengan cara PH meter dicelupkan kedalam air, kemudian dicatat berapa PH
yang ada didalam kolam. Termometer dengan cara dicelupkan kedalam air, yang
cara penggunaannya hampir sama dengan pH meter. Kemudian dicatat berapa suhu
yang ada di kolam tersebut. DO meter dengan cara DO meter dimsukkan kedalam
perairan tersebut dan biarkan sampai angka yang ditunjukkkan baru berhenti,
kemudian angka yang telah berhenti tersebut dicatat. Sedangkan untuk Seichi
disk cara kerjanya adalah dengan cara seichi disk dimasukkan kedalam kolam
tersebut dan diamati sampai kedalaman berapa seichi disk tidak akan terlihat
lagi, kemudian dicatat berapa kecerahannya. Untuk pengukuran kualitas air ini
dilakukan tiap sepuluh hari sekali yaitu hanya pada pagi hari hanya untuk kolam
induk.
5.6 Seleksi Kematangan Gonad
Induk yang akan dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu
karena proses seleksi induk akan menentukan keberhasilan dalam proses
pemijahan. Induk yang dipilih adalah induk yang sehat, anggota tubuhnya tidak
cacat dan gerakannya aktif.
Sedangkan untuk seleksi kematangan gonad dilakukan dengan
pengecekan induk. Kemudian induk tambakan ditimbang bobotnya dan diukur panjang
total ikan. Seleksi induk yang akan dipijahkan dilakukan pada pagi hari untuk
menghindari ikan mengalami stress karena pengaruh suhu. Seleksi dilakukan
dengan menangkap induk dari kolam pemeliharaan induk dan ditempatkan didalam
ember besar untuk dipindahkan kedalam bak fiber glass untuk dipijahkan.
Ukuran induk tambakan yang sudah siap memijah berumur 12-18
bulan dengan panjang 20-24 Cm dan berat 150-300 Gram/ekor. Jumlah telur yang
dihasilkan 73.073 butir tiap satu induk. Induk yang telah matang kelamin dapat
dilihat ciri-cirinya sebagai berikut: Betina Badannya relatif tebal agak
membulat, jinak. Sisiknya terutama mulai dari dagu keperut lebih putih bersih
dari pada jantan. Perut mengembang dengan pangkal sirip dada berwarna
kemerah-merahan. Jantan badannya relatif lebih tipis, memanjang dan kelihatan
liar. Warnanya mulai dari dagu keperut lebih gelap dari pada ikan betina. Jika
perutnya dicoba ditekan maka akan keluar cairan putih yang tidak lain adalah sperma.
Pada punggung dan pipi sampai dagu terdapat banyak sisik yang berwarna
kehitam-hitaman.
Secara rata-rata panjang ikan jantan 19,67 cm dengan bobot
106,53 gram. Sedangkan untuk panjang rata-rata ikan betina 22,75 cm dan bobot total
ikan betina 188,27 gram.
5.7Pemijahan Induk
5.7.1 Persiapan Wadah Pemijahan
Pemijahan ikan tambakan dilakukan pada bak fiber glass terkontrol dengan
volume bak 1000 liter. Bak yang disiapkan sebanyak empat buah bak, kemudian bak
dibersihkan Setelah itu bak yang digunakan dibilas dengan air bersih. Kemudian
bak yang telah dibersihkan dikeringkan selama satu hari agar kuman-kuman dan
bibit penyakit mati. Sedangkan persiapan bak fiber glass ini dilakukan di hatchery
satu yang tertutup.
Setelah bak fiber glass dikeringkan selama satu hari,
kemudian air diisi kedalam bak fiber glass tersebut sebanyak 600 liter.
Kemudian aerasi dipasang kemasing-masing bak fiber glass sebanyak dua
buah selang aerasi dan aerasi harus di cek setiap hari.
5.7.2 Pemijahan
Sebelum ikan dipijahkan dilakukan penangkapan induk dengan
menggunakan Jaring. Ukuran mata jaring yang digunakan untuk menangkap induk
jantan dan betina dengan diameter jaring 1 cm. Kemudian ikan digiring dengan
cara mempersempit ruang gerak ikan didalam air.
Pemijahan dilakukan didalam bak fiber glass dengan volume
600 liter air, dengan perbandingan jantan dan betina 1:1. Bak fiber glass tidak
perlu ditutup dengan jaring, karena bak yang digunakan cukup besar dan volume
airnya tidak terlalu banyak. Sebelum induk dipijahkan terlebih dahulu diberok
dengan tujuan untuk mengosongkan perut ikan dari kotorannya (feces).
Jumlah ikan Jantan dan Betina yang ditangkap sebanyak 25
Jantan dan 25 Betina dan dilakukan pemijahan massal dan secara alami. Induk Jantan
dan Betina dimasukkan kedalam bak fiber glass. Pemijahan ini tidak menggunakan
substrat pemijahan, karena telur melayang/mengapung di permukaan air.
Setelah ikan jantan dan betina digabung kemudian suhu air di
cek dengan menggunakan pH meter, Termometer dan DO meter. Adapun suhu untuk
pemijahan ikan tambakan berkisar 26,8 0C, pH nya 6,99 ppm, DO nya
5,1. Kemudian selang Aerasi di pasang kedalam bak fiber tersebut.
Adapun tingkah laku pemijahannya adalah sebagai berikut,
Ikan jantan akan mengejar-ngejar ikan yang betina. Kemudian warna air akan
berubah menjadi keruh dan airnya bau amis dan kelihatan ada
gelembung-gelembung kecil di air tersebut Kemudian ikan jantan akan
memutar-mutarkan badannya dan membelitkannya kepada betian. Ikan betina yang sudah
memijah akan terlihat bekas luka akibat gigitan dari ikan jantan yang cukup
keras. Kemudian akan mulai memijah dan melakukan ovulasi pada pagi hari yaitu
pada pukul 06:35. Telur akan mulai banyak yang keluar dan terbuahi. Kemudian
induk jantan dan betina akan selesai memijah dan setelah itu induk dikembalikan
ke kolam pemeliharaan induk pada pukul empat sore.
Ciri-ciri telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi adalah
sebagai berikut: Telur yang dibuahi berwarna kuning dan bening transparan,
Sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih dan jika dibiarin terlalu
lama akan ada jamur yang tumbuh. Telur tersebut bersifat melayang di permukaan
air.
5.8Penetasan Telur
5.8.1 Persiapan Wadah
Adapun wadah yang diperlukan untuk menetaskan telur adalah 3
buah bak fiber glass yang telah disediakan dan yang telah dibersihkan dari
kotoran-kotoran yang menempel pada bak fiber glass tersebut. Kemudian selang
aerasi pada bak fiber glass tersebut dipasang sebanyak 6 buah.
5.8.2 Penebaran dan Inkubasi Telur
Telur dipindahkan ke bak fiber glass yang telah disiapkan.
Pemindahan telur dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan serok kain yang
lubang kainnya rapat. Kemudian telur di serok perlahan-lahan, diserok sedikit
demi sedikit tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan telur-telur
akan menjadi rusak. Telur yang telah diserok disebar secara perlahan-lahan.
Suhu dari ke tiga bak fiber glass tersebut adalah 27,37 0C,
sedangkan untuk ph 7,13 dan DO nya 6,98 ppm. Telur yang dibuahi kemudian diukur
diameternya dengan menggunakan mikroskop. Adapun alat dan bahan yang digunakan
untuk mengukur diameter telur adalah sebagai berikut: Mikroskop elektron, Cawan
petrik, Gelas objek, Tissue, Jarum pentul, Wadah plastic. Kemudian telur
diambil sebanyak 50 butir, diameter telur diukur setelah dua jam telur keluar
pada pukul 08:45 – 09:15 WIB. Jadi jumlah diameter rata-rata telur yang telah
diukur adalah 0,99 mm.
Telur yang telah di Inkubasi mulai menetas setelah16-20 jam,
pada kegiatan yang saya lakukan telur akan menetas pada pukul 21:30 WIB.
Dikarenakan suhu penetasan pada telur sangat bagus sehingga telur akan cepat
menetas.
Telur dihitung dengan mengambil tiga kali ulangan, tiap
ulangan diisi telur sebanyak + 200 butir telur. Kemudian telur
dimasukkan ke tiga saringan. Adapun cara penghitungan derajat pembuahan telur
adalah sebagai berikut.
Sedangkan derajat penetasan dihitung dengan cara menghitung
satu-satu jumlah larva yang menetas. Untuk jumlah telur, derajat penetasan ,
Hr, Fr, Gsi dapat dilihat pada tabel 4 di halaman lampiran.
5.9 Pemeliharaan Larva
5.9.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan
Persiapan wadah pemeliharaan larva dengan menggunakan bak
beton yang berukuran 2,5 meter x 5,0 meter. Bak beton yang digunakan sebanyak
tiga buah bak beton. Untuk menggunakan bak beton sebaiknya bak beton
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel. Karena bak beton bekas
pemeliharaan benih ikan patin siam dan bekas kultur pakan alami.
Air yang ada di bak beton dibuang terlebih dahulu semuanya,
kemudian setelah air yang ada didalam bak beton habis dibuang semuanya.
Kemudian bak beton dibersihkan dengan menggunakan mesin pompa door smeer yang
mempunyai daya dorongan air yang kuat. Kemudian air tersebut disorong ke pipa outlet
dengan menggunakan sekop beserta kotoran yang telah dibersihkan. Setelah bak
dirasa cukup bersih, kemudian bak dikeringkan selama satu hari. Pengeringan bak
berguna untuk membunuh bibit-bibit penyakit dan kuman-kuman yang ada didalam
bak. Kemudian selang aerasi dan batu aerasi tetap dipasang, kemudian aerasi di cek
terus-menerus.
Setelah bak dikeringkan kemudian air dimasukkan kedalam bak
sebanyak 5000 liter atau 5 ton air. Jadi untuk ketiga bak dibutuhkan 15 ton air
atau 15.000 liter air. Bak yang telah disiapkan, sebelumnya pakan alami sudah
dikultur terlebih dahulu sebelum larva
ditebarkan.
5.9.2 Pemanenan Larva Tambakan
Larva dipanen setelah semua telur menetas, Larva
dipanen dengan menggunakan serokan kain. Kemudian larva ikan dihitung dengan
menggunakan sendok takar 5 ml. sebelumnya larva ikan telah dihitung berapa
takar larva yang didapat dalam satu sendok takar. Kemudian panjang larva
tambakan diukur dengan menggunakan mikroskop proyektor.
5.9.3 Penebaran Larva Tambakan
Larva Tambakan ditebar di bak beton yang telah
disiapkan dan yang telah tumbuh pakan alaminya buat pakan larva tambakan.
Larva tambakan masih memiliki kuning telur, kuning telur larva tambakan akan
habis setelah larva tambakan berumur dua hari. Setelah umur larva tambakan
lewat 2 hari larva akan mulai memakan pakan alami yang ada di bak beton berupa Plankton.
Adapun larva tambakan yang masih berumur satu hari belum
dapat berenang kedalam kolom perairan. Larva baru dapat berenang kedalam kolom
perairan setelah larva berumur 3 hari. Larva bersifat tenang dan tidak mau
bergerak, tapi ada sebagian larva yang sudah langsung bergerak bebas dan
berenang didalam kolom perairan. Untuk larva tambakan ini, aerasi tetap harus
dipasang karena jumlah ikan yang ditebar terlalu padat dan suplai oksigen buat
larva tetap ada. Larva yang baru menetas akan terapung dengan perut diatas dan
ukuran larva yang baru menetas berukuran 2,5 mm.
5.9.4 Pendederan 1
Pada kolam pendederan I penebaran larva dilakukan pada pukul
13:30-17:00 WIB dengan cara larva diserok dengan menggunakan serokan kain.
Kemudian Larva di takar dengan menggunakan sendok takar 5 ml dan dimasukkan
kedalam baskom. Bak I diisi 200 takar (736.000), Bak II diisi 183 takar
(673.440) dan Bak III diisi 175 takar (644.00). Dengan kapasitas air 5000
liter. Tiap satu takar 3680 ekor larva. Jadi jumlah larva yang menetas
keseluruhannya 2.053.440. Pakan yang diberikan pada pendederan I berupa tepung
pellet, selain itu larva makan pakan alami yang tumbuh di bak beton.
5.9.5 Pemberian Pakan Larva Tambakan
Selain plankton larva tambakan dapat diberikan pellet
yang lebih halus buat larva tambakan. Tetapi pellet dapat diberikan setelah
semua larva dapat bergerak dan berenang bebas dan kuning telur telah habis
sebagai pakan cadangan. Pemberian pakan dilakukan setelah 2-3 hari dengan cara
menebarkan pakan diatas permukaan air.
Frekwensi pemberian pakan dilakukan empat kali sehari
sebanyak 12 gram/hari sampai umur 3 hari dan 20 gram/hari sampai umur 7 hari.
Untuk pemberian pakan dengan cara Micro diet dilakukan dengan cara
dilarutkan kedalam air kemudian di tebar ke permukaan air.
5.9.6 Pemanenan Benih
Sebelum melakukan pemanenan benih tambakan, benih dipuasakan terlebih
dahulu selama satu hari (di berok) gunanya untuk mengosongkan perut dan
mengurangi amoniak pada ikan sewaktu dikirim. Pemanenan dilakukan dengan
menggunakan jaring, benih diambil sebanyak 10.000 ekor sesuai permintaan dari
konsumen.
Sebelum benih tambakan dikirim, larva tambakan ditampung
didalam hapa, yang telah dipasang sebelumnya didekat kolam benih. Benih yang
dipanen akan disumbangkan ke pesantren yang membutuhkannya dan juga untuk restocking.
5.9.7 Kultur Pakan Alami
Sebelum larva di tebar kedalam bak pakan alami harus
dikultur terlebih dahulu buat pakan larva. Bak yang dibutuhkan sebanyak tiga
buah dengan ukuran 2,5 meter x 5,0 meter. Wadah yang dibutuhkan harus
dibersihkan terlebih dahulu. Dengan cara air yang kotor didalam bak harus
dibuang terlebih dahulu yang ada pada ketiga bak tersebut. Kemudian bak
tersebut dibersihkan dengan menggunakan pompa yang mempunyai tenaga dorongan
yang kencang.
Bak dibersihkan dan Semua kotoran juga endapannya langsung
dibuang. Lalu selang aerasi dipasang tiap-tiap bak yang akan digunakan.
Kemudian air dimasukkan kedalam bak yang telah dikosongkan, air diisi sebanyak
5000 liter.
5.9.8 Pemupukan
Untuk pemupukan bak dimulai setelah air bak diisi, adapun
dosis pupuk yang digunakan adalah sebagai berikut. Urea 800 gram, Tsp 880
garam, Dedak 800 gram, Tepung ikan 400 gram, Tepung kedelai 400 gram. Sedangkan
volume air untuk bak 1 dan bak ke 2 jumlah volume air nya adalah sebanyak 10
ton/10.000 liter air. Pemupukan berguna untuk menumbuhkan pakan alami. Jenis
pakan alami yang biasa dimakan oleh larva ikan adalah plankton. Untuk
bak yang ketiga langsung diambil pakan alami dari bak yang sebelahnya, dengan
menggunakan mesin pompa dengan cara pakan alami disedot kemudian diisi sebanyak
5 ton/5000 liter yang ada pakan alaminya.
Pada cuaca cerah pakan alami akan tumbuh dengan cepat, pakan
alami akan tumbuh selama tiga hari dan jika pada cuaca mendung pakan alami akan
tumbuh dengan lambat atau selama satu Minggu. Warna perairan yang bagus buat
pakan alami berwarna hijau tua. Tabel 5. Pengukuran suhu air pada bak pakan
alami.
No
|
Parameter yang diukur
|
Nilai/Angka
|
1.
|
Suhu
|
28,52 0C
|
pH
|
6,74
|
|
DO
|
5,2 ppm
|
|
2.
|
Suhu
|
28,94 0C
|
pH
|
6,29
|
|
DO
|
4,14 ppm
|
Sumber :
https://blog.ub.ac.id/achmadfathony/2012/06/23/teknik-pembenihan-dan-budidaya-ikan-tambakan/
Comments
Post a Comment