Peran Probiotik Dalam Budidaya Ikan


ACETOBACTER XYLINUM

Perikanan adalah sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar dalam upaya membangun kesejahteraan masyarakat. Sebagai Negara yang sedang berkembang, kebutuhan akan produk pangan bernilai gizi tinggi selalu meningkat. Oleh karena itu, sektor perikanan harus mendapat perhatian serius. Permintaan produk olahan ikan baik domestik maupun luar negeri meningkat dari tahun ke tahun. Sektor perikanan dapat dikembangkan di kolam atau tambak-tambak dengan menggunakan media air tawar atau air laut. Dan, kita memiliki aset kelautan yang begitu luas yang mendukung sektor perikanan.
  Untuk meningkatkan produktifitas sektor perikanan, perlu dilakukan budidaya secara intensif yaitu dengan pemberian pakan yang berkualitas dan jumlah yang cukup, pencegahan dan penanganan penyakit pada ikan, serta manajamen kolam secara baik. Budidaya ikan secara intensif ditandai oleh tingkat kepadatan ikan yang tinggi dan ketergantungan penuh terhadap pakan buatan pabrik. Hal ini sangat mendukung percepatan penurunan  kualitas air. Padat tebar ikan per volume ruang yang tinggi menyebabkan meningkatkan persaingan kebutuhan oksigen dan buangan hasil pencernaan pakan. Dan, kualitas pakan rendah, kandungan protein yang rendah memperlambat proses pertumbuhan, memperburuk konversi pakan sehingga meningkatkan sedimen dasar kolam oleh sisa pakan.
Dalam usaha budidaya ikan, maka hal yang sangat menentukan keberhasilan adalah perawatan ikan dan pencegahan, serta penanganan penyakit. Wabah penyakit dapat mengakitbatkan usaha budidaya ikan menjadi gagal, dan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Oleh karena itu pentingnya mengendalikan penyakit pada ikan secara efektif dan efesien. Kita perlu mengenal jenis-jenis penyakit pada ikan, dan bagaimana penanggulangannya.
Salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri aeromonas hydrophila mampu menyerang ikan dan menyebabkan kematian ikan secara massal dalam waktu singkat. Aeromonas merupakan bakteri gram negatip yang  oportunis yang dapat menginfeksi ikan dengan cepat apabila ikan dalam kondisi stres atau dipelihara dalam kepadatan tinggi. Umumnya, tindakan pengobatan dilakukan melalui pemberian bahan kimia dan antibiotika. Pemberian antibiotika seringkali menimbulkan resistensi dan pemberian bahan kimia berpotensi meracuni ikan. Vaksinasi merupakan tindakan yang banyak dilakukan untuk pencegahan infeksi aeromonas. Terhadap benih ikan dilakukan perendaman dalam larutan vaksin hidrovet (biakan murni bakteri aeromoas hydrophila).   
Penyakit koi herpes virus (KHV) merupakan penyakit yang sangat cepat menyebar. Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes yang diklasifikasikan sebagai virus DNA dan termasuk dalam famili herpesviridae. Pada populasi ikan yang peka tingkat mortalitas akibat serangan KHV dapat mencapai 80 – 100 %. Gejala klinis pada ikan biasanya terlihat pada kisaran suhu air 22 - 27 C. Sejauh ini belum ada pengobatan yang ampuh untuk mengendalikan penyakit KHV.
Pada penyakit yang disebabkan oleh bakteri biasanya ditanggulangi melalui pemberian antibiotika dengan dosis pengobatan. Tetapi langkah pengobatan yang di antaranya dengan pemberian quinolone, ataupun tetrtacycline acapkali tidak efektif jika diberikan langsung di kolam karena salah satunya takaran dosis yang tidak tepat. Pemberian lewat pakan langsung dari pabrik mungkin lebih efektif tetapi penggunaan seperti itu biasanya tidak dibenarkan dan skala pabrik adalah skala massal. Penggunaan antibiotika dalam pakan dengan dosis preventif yang dilakukan dalam jangka panjang menimbulkan resistensi dan belum lagi memperhitungkan dampak residu dalam daging. Oleh karena itu langkah tepat dalam upaya meminimalkan potensi serangan penyakit adalah dengan melakukan manajemen pemeliharaan yang baik khususnya memelihara kualitas air dan lingkungan ekosistem yang mendukung pertumbuhan ikan secara optimal.
Aplikasi pemberian antibiotik dalam budidaya perikanan untuk mengendalikan infeksi mikro organisme pathogen telah meningkatkan potensi penggunaan probiotik perlu dipertimbangkan secara hati-hati. Selain menggunakan antibiotic untuk mengatasi penyakit pada ikan, kita dapat pula menggunakan probiotik untuk mencegah berkembangnya penyakit pada ikan. Probiotik merupakan mikroorganisme yang mempunyai sifat menguntungkan bagi hewan inang, sehingga berperan menekan pertumbuhan populasi mikroorganisme pathogen (bakteri yang merugikan).
Bakteri probiotik yang umumnya digunakan adalah bakteri gram positif diantaranya adalah genus Lactobacillus. Bakteri lactobacillus sp. merupakan jenis bakteri yang menghasilkan asam laktat. Probiotik banyak digunakan dalam budidaya perikanan untuk tujuan memelihara dan memperbaiki kesehatan air yang secara tidak langsung akan meningkatkan kesehatan ikan peliharaan. Mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai probiotik tidak hanya berasal dari golongan bakteri (Bacillus,Thiobacillus) tetapi juga berasal dari golongan yeast (Sacharomices cerevicae) dan mikro-alga (Tetraselmis sp). Terkadang probiotik yang diindikasikan mengandung beberapa bakteri spesies Clostridium, Pseudomonas dan Enterococcus sebenarnya bersifat pathogen terhadap manusia dan hewan.
Probiotik mampu mengubah keseimbangan mikro flora yang ada dalam saluran pencernaan. Probiotik bisa terdiri atas satu atau campuran (mix) beberapa kultur mikro organisme hidup. Probiotik merupakan makanan tambahan bagi hewan inang berupa sel mikro organisma (mikroba) atau sebagai pakan mikroskopik yang bertujuan memenangkan kompetisi dalam sistem saluran pencernaan ikan (hewan inang) dengan bakteri merugikan (pathogen). Kompetisi tersebut berlangsung dalam hal pemanfaatan nutrisi yang berasal dari hasil metabolisme pakan dan upaya penempatan ruang dalam saluran pencernaan untuk membentuk koloni.
Kualitas air sangat menentukan performansi ikan yang biasanya diukur dengan mengamati beberapa parameter utama seperti faktor fisika (pH, O2 terlarut, suhu, Fe, Hg, dll) dan faktor kimia (NH3, NO2, CaCO3 dll). Kualitas air yang buruk (tidak mendukung kesehatan ikan) banyak disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya meningkatnya timbunan bahan organik di dasar kolam yang berasal dari ekskreta ikan, sisa pakan pabrik, pupuk organik maupun bangkai ikan dan sampah budidaya lainnya. Hal ini juga dapat diperparah oleh sistem budidaya perikanan yang tingkat kepadatan yang tinggi yang memicu peningkatan stres ikan. Manajemen pengelolaan air yang baik sangat diperlukan untuk tetap mempertahankan ekosistem yang mendukung usaha budidaya ikan. Pemberian probiotik mampu memperbaiki kondisi kualitas air dengan bertindak sebagai agen pengurai yang ditebarkan secara langsung ke air. Pengendalian penyakit pada budidaya ikan dengan menggunakan probiotik sangat efektif, aman dan murah.

Probiotik akan bekerja secara eksternal yaitu menguraikan senyawa toksik yang terdapat dalam air kolam seperti NH3, NO3, NO2, juga menguraikan bahan organik, dan menekan populasi alga biru hijau. Beberapa jenis mikroba sebagai probiotik pengurai antara lain nitrosomonas, cellumonas, bacillus subtilus, dan nitrobacter. Bakteri gram positip Bacillus sp. banyak digunakan sebagai probiotik untuk memperbaiki kualitas air dibandingkan dengan jenis bakteri gram negatip. Bacillus sp. lebih efisien dalam mengkonversikan kembali bahan organik menjadi CO2. Sedangkan bakteri gram negative mengkonversi karbon organik menjadi biomas bakteri dalam persentase lebih banyak. Sehingga dengan mengupayakan populasi bakteri Bacillus sp. tetap dalam jumlah besar di dalam perairan kolam akan meminimalkan pembentukan partikulat terlarut karbon organik selama siklus budidaya. Sekaligus juga akan memacu perkembangan phytoplankton dengan meningkatnya produksi CO2.   
Populasi dan jenis mikroorganisme (mikro flora) yang terdapat di dalam sedimen atau dalam air pemeliharaan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis mikroba yang terdapat dalam feses yang dihasilkan banyak spesies hewan di lingkungan tersebut. Jika terdapat populasi bakteri pathogen dalam lingkungan, maka populasinya dalam tubuh ikan akan meningkat dengan cepat melalui interaksi dalam saluran pencernaan dan dalam feses. Bakteri tersebut akan terserap ke dalam pakan yang diberikan sebelum dikonsumsi ikan. Sedangkan, probiotik yang ditambahkan ke dalam air juga akan diserap oleh pakan dan ikut masuk ke dalam sistem pencernaan untuk berkompetisi dengan bakteri pathogen.
Adanya suplai nutrisi yang berlebihan di dalam air khususnya fosfor dan nitrogen menyebabkan meningkatnya populasi ganggang (alga) atau (phytoplankton). Unsur nutrisi tersebut dapat berasal dari sisa pemupukan di lahan pertanian yang terbawa arus air, pemupukan dasar kolam dengan menggunakan pupuk kandang secara berlebihan, atau sisa kelebihan pakan yang tidak termakan oleh ikan. Ganggang menyebabkan perubahan warna permukaan air, kebanyakan berwarna hijau atau warna merah, dan kuning kecoklatan. Populasi ganggang yang tinggi apabila mati akan didekomposisi oleh bakteri pengurai yang menggunakan lebih banyak oksigen terlarut dalam air. Menurunnya kadar oksigen dalam air menyebabkan bakteri vibrio yang bersifat pathogen menjadi lebih aktif dikarenakan kondisi yang anaerob yang dapat membahayakan kesehatan ikan. Rendahnya oksigen terlarut dalam air menimbulkan kendala yang besar bagi kelangsungan kehidupan ikan
Peranan probiotik dalam budidaya akuakultur adalah: 1). Menekan populasi mikroba yang bersifat merugikan yang berada dalam saluran pencernaan dengan cara berkompetisi untuk menempati ruang (tempat menempel) dan kesempatan mendapatkan nutrisi; 2). Menghasilkan senyawa anti mikroba yang secara langsung akan menekan pertumbuhan mikroba pathogen dan mencegah terbentuknya kolonisasi mikroba merugikan dalam sistem pencernaan hewan inang; 3). Menghasilkan senyawa yang bersifat imunostimulan yaitu meningkatkan sistem imun ikan (hewan inang) dalam menghadapi serangan penyakit dengan cara meningkatkan kadar antibodi dan aktivitas makrofag, misalnya lipo polisakarida, glikan dan peptidoglikan; 4). Menghasilkan senyawa vitamin yang bermanfaat bagi hewan inang (yang diberikan probiotik) dan secara tidak langsung akan menaikkan nilai nutrisi pakan. Probiotik adalah bahan hidup yang seperti halnya antibiotik bekerja secara spesifik dan khusus. Demikian halnya, mikro organisma dalam probiotik sangat rentan terhadap kondisi situasi fisika dan kimia dalam saluran pencernaan hewan inang dan kondisi perairan. Lingkungan yang tidak cocok akan membunuh mikro organisma dalam probiotik dan dengan demikian tidak memungkinkan untuk berkompetisi dengan mikro organisma pathogen. Oleh karena itu kapasitas spesies mikro organisme yang digunakan sebagai probiotik apakah dalam bentuk tunggal atau campuran menjadi sangat penting yang menentukan keampuhan probiotik.
Probiotik yang digunakan harus memiliki persyaratan khusus untuk dapat bekerja secara efektif adalah berikut:
  1. Mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan (fisika dan kimia) dan hewan inang.
  2. Mampu bertahan hidup pada suhu rendah dan konsentrasi asam organik yang tinggi di saluran pencernaan, juga terhadap cairan pankreas dan empedu yang dihasilkan di saluran usus halus bagian atas.
  3. Tidak bersifat pathogenik dan menghasilkan senyawa toksik yang merugikan hewan inang.
  4. Mampu hidup dan bermetabolisme dalam saluran usus hewan inang
  5. Dapat diproduksi dalam skala besar (industri) dengan kualitas dan kuantitas yang terjaga dan terukur.
Sebagaimana antibiotic, probiotik juga tidak dapat diharapkan mengendalikan semua jenis bakteri yang ada di dalam sistem pencernaan ikan ataupun yang terdapat di lingkungan air. Efektivitas probiotik sangat tergantung pada jenis bakteri yang digunakan karena populasi bakteri yang hidup pada suatu lingkungan dengan kondisi fisika kimia berbeda kemungkinan akan berbeda pula. Akan lebih efektif apabila probiotik menggunakan jenis mikroorganisme indigenous (asli) yaitu yang diperoleh berasal dari saluran pencernaan dan lingkungan yang sama / mirip dengan hewan inang, diharapkan mampu beradaptasi dengan lokasi perlakuan dibandingkan jika mikroorganisma diperoleh dari lingkungan yang berbeda.
Efektifitas probiotik tidak dapat dirasakan seketika atau memberikan perbaikan / penyembuhan dalam waktu singkat. Kemanjuran probiotik membutuhkan waktu meskipun tidak berarti bahwa penggunaan probiotik tidak pernah gagal. Kegagalan probiotik bisa terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal di antaranya salah penggunaan aplikasi di lapangan, cara penyimpanan probiotik yang salah mengakibatkan menurunnya viabilitas mikroorganisma. Jenis bakteri yang digunakan mungkin saja tidak sesuai dengan kondisi hewan inang, dosis yang digunakan tidak memadai atau kepadatan populasi bakteri dalam probiotik terlalu rendah.
Cara kerja mikro organisma probiotik dalam kaitannya dengan bakteri pathogen meliputi berbagai model yaitu dengan cara menghasilkan senyawa penghambat, berkompetisi terhadap ketersediaan unsur kimia maupun energi, berkompetisi untuk memperoleh tempat perlekatan, meningkatkan respon imun hewan inang, memperbaiki kualitas air lingkungan budidaya, berinteraksi dengan phytoplankton, sebagai sumber nutrisi mikro dan makro, serta menghasilkan enzym untuk meningkatkan kecernaan.
Mikroba pada umumnya dapat melepaskan substansi kimia yang bersifat baktrerisidal ataupun bakteriostatik terhadap populasi mikroba yang lain. Adanya substansi penghambat kimia yang terdapat di dalam saluran pencernaan, di permukaan tubuh inang atau di dalam media pemeliharaan ikan akan menciptakan semacam rintangan untuk mencegah perbanyakan dari bakteri pathogen. Efek anti-bakterial disebabkan oleh produksi beberapa faktor yang bertindak secara sendiri atau dalam kombinasi dari antibiotik, bakteriosin, sideophores, lysozyme, protease dan atau hidrogen peroksida. Produksi asam organik oleh bakteri akan merubah nilai pH. Koloni bakteri yang menempel di dinding saluran pencernaan dengan ekskresi senyawa penghambatnya akan mencegah kolonisasi dan perbanyakan bakteri pathogen di tempat yang sama. Perlekatan bakteri ke permukaan jaringan merupakan tahapan awal dari infeksi pathogenik sehingga kerja bakteri probiotik yang berkompetisi ruang dengan bakteri pathogen menjadi sangat penting untuk pencegahan penyakit. Perlekatan bisa bersifat non spesifik didasarkan atas faktor psikokemis atau bersifat spesifik melibatkan molekul pelekat di permukaan bakteri pelekat dan molekul reseptor dari sel – sel epithel.
Penambahan probiotik apakah via pakan atau ditambahkan ke dalam air apabila diberikan dalam jumlah yang tepat dan jenis mikro organisme yang cocok akan memberikan pengaruh positip bagi performansi ikan yang dipelihara.Selamat berwirausaha! Semoga sukses selalu menanti anda!

Sumber :
http://www.agrotekno.net/2013/09/peran-probiotik-dalam-budidaya-ikan.html#

Comments

Popular posts from this blog

Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO

Cara Budidaya Ikan Papuyu

cara membuat kolam